- Home >
- BHS. INDONESI >
- Hikma Dari Film 3 Idiots
Posted by : Unknown
Jumat, 21 Juni 2013
Belajar dari hikmah yang terserak: 3 idiots
Berbicara soal hikmah kita bisa
mendapatkan dari mana saja. Tanpa memandang orangnya kita tetap bisa mengambil
pelajaran dari apa yang disampaikannya. Tanpa melihat apapun dari orangnya kita
bisa mengambil pelajaran jika apa yang disampaikannya adalah sesuatu yang baik.
Sekalipun dari mereka yang lebih muda umurnya, orang miskin, pejabat rendahan,
gelandangan sekalipun kita tetap bisa belajar dari mereka.Jika mereka
menyampaikan sesuatu atau bahkan tanpa berkata-kata pun kita bisa mengambil
pelajaran dari mereka
.Kenapa saya buka dengan paragraf diatas semoga terjawab dengan lanjutan dari artikel ini. Kali ini saya ingin mengulas tentang pelajaran yang bisa diambil dari film 3 Idiots. Notabene film ini adalah film india,bukan film buatan orang muslim,tapi nyatanya kita juga bisa mengambil pelajaran dari film ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada di film ini kita tetap masih bisa mengambil yang baiknya karena disitulah prinsip mengambil hikmah atau pelajaran dari sesuatu. Ambil baiknya dan tinggalkan buruknya,kalau bisa malah kita yang ikut memperbaiki buruknya. Sekarang kita lihat hal-hal yang baik dari film ini.
1. Jati diri bangsa
Jati diri ini adalah hal pertama yang saya luar biasa jika saya menonton film india. Mereka tetap menampakan jatidirinya sebagai orang india dan dengan budaya india tanpa latah dengan mengekor ke budaya lain terutama barat. Sekalipun itu hanya menyanyi dengan menari dengan gaya khas mereka tapi mereka bangga dengan itu dan menampakannya ke dunia internasional.Itu adalah budaya mereka. Tanpa takut berpikir dunia tak menerima buktinya film mereka bahkan mengalahkan film-film Hollywood di jajaran film teratas terfavorit dimata pasar dunia.
Me-latah ke budaya internasional dan lupa jati diri, saya pikir itulah yang terjadi disebagian besar generasi bangsa kita. Orang-orang bangga dengan peninggalan sejarah mereka bangsa kita malah mengabaikannya, orang-orang melestarikan budayanya sebagian besar generasi muda kita malah melupakannya. Tak terlebih kita mungkin berada didalamnya.
2. Mengahapal itu baik?
Salah satu kekocakan dari film ini adalah ketika rancho menjahili salah seorang temannya. Salah satu mahasiswa dengan nilai tertinggi karena kekuatannya dalam "menghapal". Dia terpilih menjadi perwakilan mahasiswa untuk berpidato menyambut kedatang pak menteri. Dia mengahapalkan sebuah pidato dalam bahasa india yang tidak dia pahami. Disini rancho dan Raju menjahili dengan merubah beberapa kata sehingga maknanya berubah dari keajaiban menjadi kecabulan. Coba anda bayangkan ada orang berpidato dengan percaya diri tinggi tapi dia tidak paham apa yang disampaikanya.
Pada adegan lainnya,“Jika kita hanya meniru buku apa gunanya?” kata Rancho pada dosennya. Teori yang ada dalam buku memang menjadi acuan pembelajaran tapi apa artinya teori itu jika hanya dibaca dan dihapalkan. Jika pelajaran yang dibaca hanya untuk mendapatkan nilai beginilah jadinya. Selepas ujian bahannya sudah lupa lagi. Itu terjadi karena buku dihapalkan bukan dipahami.Teori dikuasai tapi bagaimana dengan aplikasinya? Mempelajari teori tanpa berpikir kenapa teori itu ada. Saya pikir inilah sebabnya kenapa orang Indonesia sudah puluhan tahun belajar dari buku teks internasional generasi terbarunya masih saja belajar dari buku terbitan luar. Mana buku dari Indonesia? Entahlah. Belajar untuk menerima dan hanya menerima tanpa terpikir suatu saat kitalah yang harusnya membuat dan memberikan sesutau.
Kita tidak menyalahkan orang perorang tapi sistem yang menjadikannya seperti ini. Siapa yang membuat sistem? Entahlah.
Dalam pikiran positif saya mungkin orang-orang masih berpikir bagaimana memperbaiki masyarakat yang masih miskin,memberantas buta huruf,atau mengurangi gizi buruk sampai lupa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Akibatnya generasi kita terpaksa masih harus belajar terus dari ilmu orang luar negeri.
3. Sekolah untuk kerja dan dapat uang
Setali tiga uang dengan penjelasan diatas. Masyarakat kita masih miskin,boro-boro memikirkan bagaimana membuat teknologi yang baru,atau penelitian terobosan baru,sedang perut kosong masih perlu diisi. Ini tergambar dalam cerita kehidupan tokoh Farhan dan Raju dalam film ini. Mereka berasal dari keluarga miskin, uang adalah solusi untuk kehidupan mereka. Dengan sekolah mereka bisa mendapatkan uang, mereka sekolah untuk mendapatkan pekerjaan sehingga nanti bisa menghasilkan uang. Untuk mendapatkan pekerjaan butuh nilai yang bagus,makanya mereka belajar untuk mendapatkan nilai.
Inilah yang menjadi mindset sebagian besar generasi muda Indonesia. Bagaimana dengan sekolah mereka bisa kerja,bisa mendapatkan uang,sehingga hidup tenang, tanpa berpikir bagaimana nasib ilmu pengetahuan itu sendiri. Terus begitu dan tetap seperti itu buktinya sebagian besar generasi kita masih hampir sama tidak jauh berbeda, mana terobosan baru ilmu pengetahuan negeri ini? Saya mahasiswa kedokteran, 99% buka teksbook yang saya pakai adalah terbitan luar negeri. Lalu apakah generasi belasan tahun setelah kita akan tetap seperti ini? Kita sendiri yang bisa menjawabnya dan kita juga yang akan memberikan jawaban untuk itu.
Pesan film ini tentang masalah ini, “kita memang harus belajar dengan sangat serius, tapi bukan Cuma untuk lulus belaka, seorang guru pernah berkata,’jangan belajar untuk sukses,tapi untuk membesarkan jiwa’, jangan mengejar kesuksesan,tapi kejarlah kesempurnaan,maka kesuksesan akan mendatangimu”
4. Mendidik bukan melatih
Sebuah kritikan pedas untuk para guru dan mindset belajar mahasiswa juga muncul dari film ini. Salah satunya adalah ketika Rancho mengkritik cara pembelajaran rektornya. Lalu sang rektor marah dan menghukum Rancho,dia disuruh menjadi dosen didepan teman-teman dengan harapan dia tidak mengerti apa-apa. Lalu apa yang terjadi? Rancho mengerjai teman-temannya dan sang rektor yang juga menjadi “murid” Rancho. Dia pura-pura membuka sebuah buku lalu menuliskan dua kata dan dia menanyakan arti dari dua kata itu dan menunggu jawaban selama 30 setik. Semua mahasiswa dan juga sang rektor berlomba mencari arti kata tersebut, siapa yang tercepat mendapatkan kata itu dalam buku. Jelas tidak akan ada yang mendapatkan maknanya karena kata yang ditulis adalah modifikasi dari nama teman-temannya,prerajuisation dari nama Raju dan farhanitrate dari nama Farhan. Apa artinya?
Lalu Rancho memberikan penjelasan yang membuat merah telinga sang rektor,”adakah yang berpikir bahwa hari ini kita akan belajar sesuatu yang baru?” jawabanya tentu tidak. Semua orang terkungkung bahwa semua pelajaran berasal dari buku. “apakah ilmu pengetahuan kalian akan meningkat?” tambahnya.
Ini menjelaskan bahwa mindset sebagian besar orang terlalu bergantung pada teori, tanpa berpikir kedepan. Teori hanyalah sejarah yang dibaca untuk menjadi acuan, sedangkan pelajaran yang sebenarnya adalah bagaimana berpikir terbuka dengan menjadikan teori sebagai acuan untuk membuat sesuatu yang baru dimasa kini dan masa depan. Terkungkung pada teori hanya akan membuat kita terjebak dengan masa lalu. Teori yang ada sekarang adalah masa lalu orang yang menemukannya. Sedangkan masa sekarang dan masa depan adalah modifikasi dari teori yang ada.
5. Persahabatan=persaudaraan
Salah satu hal yang paling kental dalam film ini adalah betapa kuat persahabatan ketiga tokoh pemerannya. Seolah menerapkan hadits Rasulullah, “Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka akan merasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Penjelasan lebih detail silahkan tonton sendiri filmnya.
6. Cinta
Seperti film india kebanyakan film ini juga tidak kalah dalam hal bumbu yang satu ini. Sepertinya bukan film india kalau tidak ada cerita cinta. Ini juga terkait dengan penjelasan nomor satu, masalah jatidiri, sekalipun itu mungkin menjadi hal yang terkadang membosankan,tapi jika dilihat soal jatidiri ini adalah bentuk konsintensi. Mereka selalu mengangkat tema cinta-cintaan atau menyelipkannya apapun tema utamanya. Kalau melihat konsistensi jangan sampai anda menyimpulkan bahwa jatidiri film Indonesia adalah “horor panas” ,saya pikir justru itu sebaliknya. Itu adalah kehilangan jatidiri karena budaya asli kita tidak hanya itu.
Baik kembali ke masalah cinta,pelajarannya cuma satu,kita tidak akan pernah tahu bagaimana kita dipertemukan dengan orang yang akan menjadi pasangan hidup kita, jadi sabarlah menunggu,tidak usah buru-buru apalagi pacaran,karena tuhan sudah mengaturnya sedemikian hingga.
.Kenapa saya buka dengan paragraf diatas semoga terjawab dengan lanjutan dari artikel ini. Kali ini saya ingin mengulas tentang pelajaran yang bisa diambil dari film 3 Idiots. Notabene film ini adalah film india,bukan film buatan orang muslim,tapi nyatanya kita juga bisa mengambil pelajaran dari film ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada di film ini kita tetap masih bisa mengambil yang baiknya karena disitulah prinsip mengambil hikmah atau pelajaran dari sesuatu. Ambil baiknya dan tinggalkan buruknya,kalau bisa malah kita yang ikut memperbaiki buruknya. Sekarang kita lihat hal-hal yang baik dari film ini.
1. Jati diri bangsa
Jati diri ini adalah hal pertama yang saya luar biasa jika saya menonton film india. Mereka tetap menampakan jatidirinya sebagai orang india dan dengan budaya india tanpa latah dengan mengekor ke budaya lain terutama barat. Sekalipun itu hanya menyanyi dengan menari dengan gaya khas mereka tapi mereka bangga dengan itu dan menampakannya ke dunia internasional.Itu adalah budaya mereka. Tanpa takut berpikir dunia tak menerima buktinya film mereka bahkan mengalahkan film-film Hollywood di jajaran film teratas terfavorit dimata pasar dunia.
Me-latah ke budaya internasional dan lupa jati diri, saya pikir itulah yang terjadi disebagian besar generasi bangsa kita. Orang-orang bangga dengan peninggalan sejarah mereka bangsa kita malah mengabaikannya, orang-orang melestarikan budayanya sebagian besar generasi muda kita malah melupakannya. Tak terlebih kita mungkin berada didalamnya.
2. Mengahapal itu baik?
Salah satu kekocakan dari film ini adalah ketika rancho menjahili salah seorang temannya. Salah satu mahasiswa dengan nilai tertinggi karena kekuatannya dalam "menghapal". Dia terpilih menjadi perwakilan mahasiswa untuk berpidato menyambut kedatang pak menteri. Dia mengahapalkan sebuah pidato dalam bahasa india yang tidak dia pahami. Disini rancho dan Raju menjahili dengan merubah beberapa kata sehingga maknanya berubah dari keajaiban menjadi kecabulan. Coba anda bayangkan ada orang berpidato dengan percaya diri tinggi tapi dia tidak paham apa yang disampaikanya.
Pada adegan lainnya,“Jika kita hanya meniru buku apa gunanya?” kata Rancho pada dosennya. Teori yang ada dalam buku memang menjadi acuan pembelajaran tapi apa artinya teori itu jika hanya dibaca dan dihapalkan. Jika pelajaran yang dibaca hanya untuk mendapatkan nilai beginilah jadinya. Selepas ujian bahannya sudah lupa lagi. Itu terjadi karena buku dihapalkan bukan dipahami.Teori dikuasai tapi bagaimana dengan aplikasinya? Mempelajari teori tanpa berpikir kenapa teori itu ada. Saya pikir inilah sebabnya kenapa orang Indonesia sudah puluhan tahun belajar dari buku teks internasional generasi terbarunya masih saja belajar dari buku terbitan luar. Mana buku dari Indonesia? Entahlah. Belajar untuk menerima dan hanya menerima tanpa terpikir suatu saat kitalah yang harusnya membuat dan memberikan sesutau.
Kita tidak menyalahkan orang perorang tapi sistem yang menjadikannya seperti ini. Siapa yang membuat sistem? Entahlah.
Dalam pikiran positif saya mungkin orang-orang masih berpikir bagaimana memperbaiki masyarakat yang masih miskin,memberantas buta huruf,atau mengurangi gizi buruk sampai lupa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Akibatnya generasi kita terpaksa masih harus belajar terus dari ilmu orang luar negeri.
3. Sekolah untuk kerja dan dapat uang
Setali tiga uang dengan penjelasan diatas. Masyarakat kita masih miskin,boro-boro memikirkan bagaimana membuat teknologi yang baru,atau penelitian terobosan baru,sedang perut kosong masih perlu diisi. Ini tergambar dalam cerita kehidupan tokoh Farhan dan Raju dalam film ini. Mereka berasal dari keluarga miskin, uang adalah solusi untuk kehidupan mereka. Dengan sekolah mereka bisa mendapatkan uang, mereka sekolah untuk mendapatkan pekerjaan sehingga nanti bisa menghasilkan uang. Untuk mendapatkan pekerjaan butuh nilai yang bagus,makanya mereka belajar untuk mendapatkan nilai.
Inilah yang menjadi mindset sebagian besar generasi muda Indonesia. Bagaimana dengan sekolah mereka bisa kerja,bisa mendapatkan uang,sehingga hidup tenang, tanpa berpikir bagaimana nasib ilmu pengetahuan itu sendiri. Terus begitu dan tetap seperti itu buktinya sebagian besar generasi kita masih hampir sama tidak jauh berbeda, mana terobosan baru ilmu pengetahuan negeri ini? Saya mahasiswa kedokteran, 99% buka teksbook yang saya pakai adalah terbitan luar negeri. Lalu apakah generasi belasan tahun setelah kita akan tetap seperti ini? Kita sendiri yang bisa menjawabnya dan kita juga yang akan memberikan jawaban untuk itu.
Pesan film ini tentang masalah ini, “kita memang harus belajar dengan sangat serius, tapi bukan Cuma untuk lulus belaka, seorang guru pernah berkata,’jangan belajar untuk sukses,tapi untuk membesarkan jiwa’, jangan mengejar kesuksesan,tapi kejarlah kesempurnaan,maka kesuksesan akan mendatangimu”
4. Mendidik bukan melatih
Sebuah kritikan pedas untuk para guru dan mindset belajar mahasiswa juga muncul dari film ini. Salah satunya adalah ketika Rancho mengkritik cara pembelajaran rektornya. Lalu sang rektor marah dan menghukum Rancho,dia disuruh menjadi dosen didepan teman-teman dengan harapan dia tidak mengerti apa-apa. Lalu apa yang terjadi? Rancho mengerjai teman-temannya dan sang rektor yang juga menjadi “murid” Rancho. Dia pura-pura membuka sebuah buku lalu menuliskan dua kata dan dia menanyakan arti dari dua kata itu dan menunggu jawaban selama 30 setik. Semua mahasiswa dan juga sang rektor berlomba mencari arti kata tersebut, siapa yang tercepat mendapatkan kata itu dalam buku. Jelas tidak akan ada yang mendapatkan maknanya karena kata yang ditulis adalah modifikasi dari nama teman-temannya,prerajuisation dari nama Raju dan farhanitrate dari nama Farhan. Apa artinya?
Lalu Rancho memberikan penjelasan yang membuat merah telinga sang rektor,”adakah yang berpikir bahwa hari ini kita akan belajar sesuatu yang baru?” jawabanya tentu tidak. Semua orang terkungkung bahwa semua pelajaran berasal dari buku. “apakah ilmu pengetahuan kalian akan meningkat?” tambahnya.
Ini menjelaskan bahwa mindset sebagian besar orang terlalu bergantung pada teori, tanpa berpikir kedepan. Teori hanyalah sejarah yang dibaca untuk menjadi acuan, sedangkan pelajaran yang sebenarnya adalah bagaimana berpikir terbuka dengan menjadikan teori sebagai acuan untuk membuat sesuatu yang baru dimasa kini dan masa depan. Terkungkung pada teori hanya akan membuat kita terjebak dengan masa lalu. Teori yang ada sekarang adalah masa lalu orang yang menemukannya. Sedangkan masa sekarang dan masa depan adalah modifikasi dari teori yang ada.
5. Persahabatan=persaudaraan
Salah satu hal yang paling kental dalam film ini adalah betapa kuat persahabatan ketiga tokoh pemerannya. Seolah menerapkan hadits Rasulullah, “Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka akan merasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Penjelasan lebih detail silahkan tonton sendiri filmnya.
6. Cinta
Seperti film india kebanyakan film ini juga tidak kalah dalam hal bumbu yang satu ini. Sepertinya bukan film india kalau tidak ada cerita cinta. Ini juga terkait dengan penjelasan nomor satu, masalah jatidiri, sekalipun itu mungkin menjadi hal yang terkadang membosankan,tapi jika dilihat soal jatidiri ini adalah bentuk konsintensi. Mereka selalu mengangkat tema cinta-cintaan atau menyelipkannya apapun tema utamanya. Kalau melihat konsistensi jangan sampai anda menyimpulkan bahwa jatidiri film Indonesia adalah “horor panas” ,saya pikir justru itu sebaliknya. Itu adalah kehilangan jatidiri karena budaya asli kita tidak hanya itu.
Baik kembali ke masalah cinta,pelajarannya cuma satu,kita tidak akan pernah tahu bagaimana kita dipertemukan dengan orang yang akan menjadi pasangan hidup kita, jadi sabarlah menunggu,tidak usah buru-buru apalagi pacaran,karena tuhan sudah mengaturnya sedemikian hingga.
Muhammad_irfan_sabri. Diberdayakan oleh Blogger.
About Me
- Unknown
MUH. IRFAN SABRI
Followers
Catatan Met Surfing
+===+Met_Surfing_Di_Blogku+===+
Make Menu
CCTV sudut
WidgetBlog Rangga