Popular Post

Popular Posts

Recent post

Archive for Juni 2013

Pengertian Pranata Sosial :

Beberapa istilah yang dipergunakan oleh para ahli untuk menyebut pranata sosial dainataranya Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi menggunakan istilah Lembaga Kemasyarakatan “social institution”‘ sedangkan Mely G. Tan, Koentjaraningrat, Harsya W.Bachtiar menggunakan istilah “pranata sosial”, Hertzler, Broom, Nimkoff memberi istilah “lembaga sosial” (Soekanto, 1990).
Koentjaraningrat mendefinisikan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1991). Sedangkan Harry M. Johnson (dalam Soekanto, 1990) mengemukakan institusi atau lembaga/ pranata sebagai seperangkat aturan yang terinstitusionalisasi (instituteonalized) yakni:
1. Telah diterima sejumlah besar anggota sistem social.
2. Ditanggapi secara sungguh-sungguh (internalized).
3. Diwajibkan dan terhadap pelanggarnya dikenakan sanksi tertentu.
Secara ringkas, pranata sosial adalah sistem norma khusus yang menjadi wahana atau menata suatu rangakaian tindakan yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi. Misalnya: belajar di sekolah, bermain tinju, diklat dan sebagainya.
CIRI UMUM PRANATA SOSIAL
Gillin menguraikan ciri-ciri umum pranata/lembaga sosial sebagai berikut:
1. Suatu pranata/lembaga sosial adalah suatu organisasi dariada pola-pola pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitasaktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua pranata/lembaga sosial.
3. Pranata/lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu
4. Pranata/lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pranata/lembaga yang bersangkutan.
5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas dari pranata/lembaga sosial.
6. Suatu pranata/lembaga sosial mempunyai suatu tradisi yang tertulis dan yang tak tertulis yang dirumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku.
UNSUR-UNSUR PRANATA SOSIAL
Meskipun terdapat perbedaan dalam pranata/lembaga, tetapi banyak juga kesamaannya, hal ini mengingat fungsinya yang agak sama, yakni mengkonsolidasikan dan menstabilisasikan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut dipergunakan teknik-teknik yang relatif sama antara lain:
1. Tiap-tiap lembaga mempunyai lambang-lambangnya
2. Lembaga-lembaga kebanyakan mengenal upacara-upacara dan kodekode kelakuan formil, berupa sumpah-sumpah,ikrar-ikrar, pembacaan kewajiban-kewajiban dan lain-lain.
3. Tiap pranata/lembaga mengenal pula pelbagai nilai-nilai beserta rasionalisasi- rasionalisasi atau sublimasi-sublimasi yang membenarkan atau mengagungkan peranan-peranan sosial yang dikehendaki oleh lembaga/ pranata itu.
PENGELOMPOKKAN PRANATA SOSIAL
Koentjaraningrat (1986) menggolongkan pranata sosial yang merupakan campuran dari klasifikasi yang dikemukakan Gillin dan Gillin dengan klasifikasi yang diajukan S.F. Nadel. Penggolongan berdasarkan atas fungsi dari pranata-pranata untuk memenuhi keperluan-keperluan hidup manusia sebagai warga masyarakat, paling sedikit ada delapan golongan yakni:
1. Kinship atau domestic institutions yakni pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan. Contoh: perkawinan, tolong menolong antar kerabat, pengasuhan anak, sopan santun antarkerabat.
2. Economic institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan dan mendistribusikan hasil produksi dan harta. Contoh: pertanian, peternak-an, koperasi, industri, barter, penggudangan, perbankan dan sebagainya.
3. Educational institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Contoh: pendidikan rakyat, pendidikan dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan keamanan, pers, perpustakaan umum dan lain-lain.
4. Scientific institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah, menyelami alam semesta. Contoh: metodologi ilmiah, penelitian, dan sebagainya.
5. Aesthetic and recreational institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk menghayatkan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Contoh:seni rupa, seni suara, seni gerak, kesusasteraan, olah raga dan sebagainya.
6. Religious institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan alam gaib. Contoh: doa, kenduri, upacara, semedi, bertapa, dakwah, pantangan, ilmu gaib, dan sebagainya.
7. Political institutions yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan dan sebagainya.
8. Somatic institutions yakni pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia akan kenyaman fisik dan kenyamanan hidup. Contoh: pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran dan sebagainya.
TIPE-TIPE PRANATA SOSIAL
Gillin dan Gillin mengklasifikasikan pranata sosial sebagai berikut (dalam Soekanto, 1990).
1. Dari sudut perkembangan pranata sosial, meliputi                      
a. Crescive institutions merupakan pranata yang secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contoh: hak milik, perkawinan, agama dan sebagainya.
b. Enacted institutions merupakan pranata yang dibentuk dengan sengaja untuk memenuhi tujuan tertentu. Contoh: perdagangan, pendidikan, hutang piutang dan sebagainya.
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, meliputi basic institutions yakni pranata sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contoh: keluarga, sekolah, negara.Subsidiary institutions yakni pranata sosial yang dianggap kurang penting. Contoh: kegiatan untuk rekreasi.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat, meliputi approved atau social sanctioned institutions yakni pranata yang diterima masyarakat. Contoh: sekolah, perusahaan dagang dan sebagainya. Unsanctioned institutions yakni pranata yang ditolak oleh masyarakat, meskipun masyarakat kadang-kadang tidak berhasil untuk memberantas. Contoh: jaringan penjahat, pemeras, pencoleng dan sebagainya.
4. Dari sudut faktor penyebaran, meliputi general institutions yakni pranata yang dikenal hampir semua masyarakat di dunia. Contoh: agama. Dan restricted institutions yakni pranata yang dikenal oleh masyarakat tertentu atau para pengikutnya. Contoh: agama Islam, protestan, katolik, Budha, Hindu.
5. Dari sudut fungsinya, meliputi operative institutions yakni pranata sosial yang berfungsi sebagai penghimpun pola-pola atau cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan pranata sosial yang bersangkutan. Contoh: Industrialisasi, demokratisasi. Regulative Institutions yakni pranata sosial bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak dari pranat tersebut. Contoh: pranata hukum: kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.
PROSES PEMBENTUKAN PRANATA SOSIAL
Pembentukan pranata sosial melalui proses sebagai berikut:
1. Proses sosialisasi yakni proses untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan suatu norma kemasyarakatan yang baru, agar masyarakat mengenal dan mengetahui norma tersebut.
2. Proses institutonalization yakni proses yang dilewati oleh sesuatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu pranata sosial, sehingga norma-norma kemasyarakatan itu oleh masyarakat tidak hanya dikenal, diakui, dihargai dan tetapi kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
3. Norma-norma yang internalized artinya proses norma-norma kemasyarakat tidak hanya berhenti sampai institutionalization saja, akan tetapi mungkin norma-norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat.
FUNGSI PRANATA SOSIAL


Merton mengemukakan fungsi pranata sosial dalam masyarakat bisa berfungsi manifes dan berfungsi laten (Horton, 1993). Fungsi manifes merupakan tujuan pranata yang dikehendaki atau diakui, keluarga harus memelihara anak, pranata ekonomi harus menghasilkan dan mendistribusikan kebutuhan pokok dan mengarahkan arus modal ke tempat yang membutuhkan, sekolah harus mendidik siswa.

Sedangkan fungsi laten merupakan hasil yang tidak dikehendaki dan tidak diakui atau jika diakui dianggap sebagai hasil sampingan, pranata ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok, namun sering kali menimbulkan pengangguran dan perbedaan tajam akan kekayaan, pranata pendidikan tidak hanya mendidik siswa, melindungi anak-anak orang kaya dari persaingan dengan anak-anak orang miskin, dan sebagainya.

Dalam kehidupan masyarakat terdapat pranata utama antara lain: pranata keluarga, pranata agama, pranata pendidikan, pranata ekonomi dan pranata politik. Studi tentang pranata tersebut melahirkan cabang ilmu sosiologi seperti sosiologi perekonomian, sosiologi politik, sosiologi pendidikan, sosiologi keluarga, sosiologi agama.

PRANATA KELUARGA:
Didalam pranata keluarga dikenal perbedaan antara keluarga dengan sistem konsanguinal dan sistem konjugal. Sistem konsanguinal adalah sistem keluarga yang menekankan pentingnya hubungan atau ikatan darah, misalnya hubungan seseorang dengan orang tuanya.
Sistem konjugal adalah sistem keluarga yang menekankan pentingnya ikatan perkawinan (suami-istri) dibandingkan dengan ikatan dengan orang tuanya. Tipe keluarga lainnya adalah keluarga orientasi (family orientation) yakni keluarga dimana seseorang dilahirkan, tipe lainya adalah adalah keluarga prokreasi (family of procreation) yakni keluarga yang dibentuk melalui pernikahan dan melahirkan keturunan.
Pembagian lainnya adalah keluarga batih (nuclear family) yakni satuan keluarga terkecil terdiri atas ayah-ibu dan anak-anak. Dan keluarga luas (extended family) yakni keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga batih.
Para ahli sosiologi mengidentifikasikan fungsi pranata keluarga sebagai berikut:
1. Mengatur hubungan seks. Secara normatif tidak ada masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks bebas, maka pranata keluarga berfungsi untuk mengatur bagaimana diperbolehkannya hubungan seks terjadi.
2. Fungsi Reproduksi, yakni untuk mengembangkan keturunan yang dibatasi oleh aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga.
3. Sosialisasi. Pranata keluarga berfungsi untuk mensosialisasikan sebagai anggota baru dalam masyarakat untuk dapat memerankan apa yang diharapkan dari dirinya.
4. Fungsi afeksi yakni memberi suasana saling asah, saling asuh dan saling asih.
5. Memberi status, baik terkait dengan jenis kelamin, urutan dalam keluarga, hubungan dengan kekerabatan dan status sosial. Dalam masyarakat dikenal banyak aturan perkawinan. Pertama tentang siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi, maka dikenal incest taboo (larangan hubungan sumbang).
Bentuk perkawinan secara umum dikenal monogami dan poligami. Monogami adalah bentuk perkawinan antara satu orang laki-laki dengan satu wanita. Poligami adalah perkawinan antara satu laki-laki dengan beberapa wanita atau antara satu wanita dengan beberapa laki-laki. Dalam poligami dikenal bentuk poligini (polygyny) bentuk perkawinan antara satu laki-laki dengan beberapa wanita dan poliandri (polyandry) adalah perkawinan antara satu wanita dengan beberapa laki-laki.
Disamping bentuk perkawinan dikenal juga perkawinan kelompok (group marriage). Sedangkan poligami khusus disebut sororal polygyny yakni perkawinan antara laki-laki dengan lebih dari satu wanita saudara kandung pada waktu yang sama.
Aturan lain adalah eksogami yakni aturan perkawinan yang melarang melakukan perkawinan dalam keluarga/ kelompok. Endogami sebaliknya yang mewajibkan untuk melakukan perkawinan dengan anggota kelompok keluarganya.
Pada perkembangan selanjutnya dalam pranata keluarga dewasa ini dengan didorong oleh suatu gaya hidup baru (new life stylle) muncul beberapa bentuk keluarga seperti hidup bersama di luar nikah (cohabitation), keluarga homoseks (gay parent family) dan kehidupan membujang.



PRANATA PENDIDIKAN:
Pranata pendidikan ini baik mencakup kurikulum (curriculum), pembelajaran (instructional) maupun penilaian (assesment), baik yang tercantum dalam kurikulum maupun yang termuat dalam kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) Fungsi pranata pendidikan secara umum meliputi, pertama fungsi manifes antara lain:
1. Mempersiapkan anggota masyarakat mencari nafkah.
2. Melestarikan kebudayaan.
3. Menanamkan ketrampilan dan lain-lain.
Sedangkan fungsi laten pranata pendidikan antara lain:
1. Memupuk keremajaan.
2. Pengurangan pengendalian orang tua.
3. sarana pembangkangan.



PRANATA AGAMA:
Agama dipergunakan untuk mengatur kehidupan manusia, dalam sosiologi agama dinamakan religion yang maknanya lebih luas dari sekedar agama yang kita kenal sekarang seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu dan Budha.
Disamping itu dikenal dengan istilah civil religion yakni kepercayaan dan ritual di luar pranata agama, biasanya dikaitkan dengan politik, seperti pemujaan pada pemimpin, penghormatan pada lagu kebangsaan, seperti pengucapan Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada waktu upacara bendera.


PRANATA EKONOMI:

Pranata ekonomi dalam proses perkembangannya sebagaimana dikemukakan dalam Smelser (dalam Plak,1985) terkait dengan proses perubahan dari masyarakat homogen menjadi heterogen. Dalam pranata ini berkembang ideologi ekonomi seperti kapitalisme, sosialisme dan sebagainya. Dewasa ini berkembang pranata ekonomi baru yakni MNC (Multinational Corporation) yang memiliki usaha dan cabang usaha bagaikan gurita yang melilit dunia. Dalam pranata ekonomi baru ini bahkan kekuasaan mampu melampau kekuasaan suatu negara.

PRANATA POLITIK:

Komblum mendefinisikan pranata politik sebagai perangkat norma dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang.
Pranata utamanya antara lain ekskutif, legislatif dan yudikatif, militer dan sebagainya. Termasuk partai-partai politik, pengambilan keputusan dan sebagainya.
Pokok pembahasan tentang pranata politik berdasarkan masing-masing pakar berbeda, seperti masalah kekuasaan. Pandangan weberian memandang bahwa kekuasaan itu ada pada kelompok masyarakat tertentu yakni pada para elit terutama elit politik, sedangkan pandangan Foucoultian memandang kekuasaan itu ada dimana-mana (power is anywhere) bahkan pada hubungan/ relasi seksual antara pria dan wanita. Dengan demikian kekuasaan dapat dimiliki oleh siapapun tidak hanya oleh elit tertentu.





*NAMA : MUHAMMAD IRFAN SABRI
*NIS: 9991863053

Pranata Sosial




Lambang Dan Arti Lambang Koperasi Indonesia Baru :






Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meluncurkan lambang baru Koperasi Indonesia dalam "International Year of Cooperatives" Indonesia di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 23-25 Mei 2012.

"Ini lambang baru Koperasi Indonesia," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarief Hasan.

Dia menunjuk lambang baru Koperasi Indonesia yang terpampang di dinding podium utama pelaksanaan IYC Indonesia 2012 ketika membuka Festival Koperasi Internasional pertama di Indonesia itu, Rabu.

Perubahan lambang/logo Koperasi Indonesia itu didasarkan pada Surat Keputusan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Nomor SKEP/14/Dekopin-A/III/2012 tanggal 30 Maret 2012 tentang Perubahan Lambang/logo Koperasi Indonesia.





Menteri Koperasi dan UKM kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 02/Per/M.KUKM/IV/2012 tanggal 17 April 2012 tentang Penggunaan Lambang Koperasi Indonesia.

Syarief mengatakan, lambang Koperasi Indonesia yang baru itu berbentuk gambar bunga yang memberi kesan perkembangan dan kemajuan koperasi di Indonesia.

Gambar bunga itu mengandung makna Koperasi Indonesia selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, variatif, inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya, serta berwawasan dan berorientasi pada keunggulan dan teknologi.

Lambang Koperasi Indonesia yang baru itu didominasi oleh warna hijau pastel yang berwibawa dan menimbulkan kesan kalem.

Bentuknya juga lain sama sekali dari yang sebelumnya yang berbentuk pohon beringin yang dikelilingi kapas dan padi, timbangan, bintang dalam perisai, gerigi roda, dan berwarna merah dan putih.




Berikut penjelasan tentang Lambang Baru Koperasi Indonesia:








BENTUK :
Logo Sekuntum Bunga Teratai bertuliskan KOPERASI INDONESIA


Logo Atau Lambang Koperasi Baru






Arti Gambar dan Penjelasan Lambang Koperasi Baru:


1. Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar bunga yang memberi kesan akan


perkembangan dan kemajuan terhadap perkoperasian di Indonesia, mengandung makna


bahwa Koperasi Indonesia harus selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, variatif,


inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya serta berwawasan dan berorientasi pada


keunggulan dan teknologi;






2. Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar 4 (empat) sudut pandang


melambangkan arah mata angin yang mempunyai maksud Koperasi Indonesia:


o Sebagai gerakan koperasi di Indonesia untuk menyalurkan aspirasi;


o Sebagai dasar perekonomian masional yang bersifat kerakyatan;


o Sebagai penjunjung tinggi prinsip nilai kebersamaan, kemandirian, keadilan dan demokrasi;


o Selalu menuju pada keunggulan dalam persaingan global.






3. Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk Teks Koperasi Indonesia memberi kesan dinamis modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti kemajuan jaman yang bercermin pada perekonomian yang bersemangat tinggi, teks Koperasi Indonesia yang berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna adanya ikatan yang kuat, baik didalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun antara Koperasi Indonesia dan para anggotanya;






4. Lambang Koperasi Indonesia yang berwarna Pastel memberi kesan kalem sekaligus berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta mempunyai kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan percaya diri yang tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya;






5. Lambang Koperasi Indonesia dapat digunakan pada papan nama kantor, pataka, umbul-umbul, atribut yang terdiri dari pin, tanda pengenal pegawai dan emblem untuk seluruh kegiatan ketatalaksanaan administratif oleh Gerakan Koperasi di Seluruh Indonesia;






6. Lambang Koperasi Indonesia menggambarkan falsafah hidup berkoperasi yang memuat :


o Tulisan : Koperasi Indonesia yang merupakan identitas lambang;


o Gambar : 4 (empat) kuncup bunga yang saling bertaut dihubungkan bentuk sebuah lingkaran yang menghubungkan satu kuncup dengan kuncup lainnya, menggambarkan seluruh pemangku kepentingan saling bekerja sama secara terpadu dan berkoordinasi secara harmonis dalam membangun Koperasi Indonesia;






o Tata Warna :


1. Warna hijau muda dengan kode warna C:10,M:3,Y:22,K:9;


2. Warna hijau tua dengan kode warna C:20,M:0,Y:30,K:25;


3. Warna merah tua dengan kode warna C:5,M:56,Y:76,K:21;


4. Perbandingan skala 1 : 20.


Lambang Dan Arti Lambang Koperasi Indonesia Lama : 




















Logo Lama Koperasi 



1. Gerigi roda/ gigi roda, menunjukkan Upaya keras yang ditempuh secara terus menerus. Hanya orang yang pekerja keras yang bisa menjadi calon Anggota dengan memenuhi beberapa persyaratannya.


2. Rantai (di sebelah kiri), berarti Ikatan kekeluargaan, persatuan dan persahabatan yang kokoh. Bahwa anggota sebuah Koperasi adalah Pemilik Koperasi tersebut, maka semua Anggota menjadi bersahabat, bersatu dalam kekeluargaan, dan yang mengikat sesama anggota adalah hukum yang dirancang sebagai Anggaran Dasar (AD)/ Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi. Dengan bersama-sama bersepakat mentaati AD/ART, maka Padi dan Kapas akan mudah diperoleh.


3. Kapas dan Padi (di sebelah kanan), menggambarkan kemakmuran anggota koperasi secara khusus dan rakyat secara umum yang diusahakan oleh koperasi. Kapas sebagai bahan dasar sandang (pakaian), dan Padi sebagai bahan dasar pangan (makanan). Mayoritas sudah disebut makmur-sejahtera jika cukup sandang dan pangan.


4. Timbangan Keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi. Biasanya menjadi simbol hukum. Semua Anggota koperasi harus adil dan seimbang antara “Rantai” dan “Padi-Kapas”, antara “Kewajiban” dan “Hak”. Dan yang menyeimbangkan itu adalah Bintang dalam Perisai.


5. Bintang dalam perisai Dalam perisai yang dimaksud adalah Pancasila, merupakan landasan idiil koperasi. Bahwa Anggota Koperasi yang baik adalah yang mengindahkan nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan, yang mendengarkan suara hatinya. Perisai bisa berarti “tubuh”, dan Bintang bisa diartikan “Hati”.




6. Pohon Beringin Simbol kehidupan, sebagaimana pohon dalam Gunungan wayang yang dirancang oleh Sunan Kalijaga. Dahan pohon disebut kayu (dari bahasa Arab “Hayyu”/kehidupan). Timbangan dan Bintang dalam Perisai menjadi nilai hidup yang harus dijunjung tinggi.


7. 


8. Koperasi Indonesia Koperasi yang dimaksud adalah koperasi rakyat Indonesia, bukan Koperasi negara lain. Tata-kelola dan tata-kuasa perkoperasian di luar negeri juga baik, namun sebagai Bangsa Indonesia harus punya tata-nilai sendiri.


9. 


10. Warna Merah Putih Warna merah dan putih yang menjadi background logo menggambarkan sifat nasional Indonesia.









Koperasi BARU koperasi lama






D
I

S
U
S
U
N
OLEH:

NAMA : MUH.IRFAN SABRI


Nis: 9991863053







 KASIH SAYANG ORANG TUA :



Setiap kali membuka mata dengan mata mengantuk,
Mereka tersenyum kepadaku….

Saat ku lelah karena melewati lintasan yang jauh,
Mereka langsung cemas kepadaku…

Sekalipun ku sakit, mereka tetap menyayangiku
Saat ku tersenyum, mereka ikut tersenyum

Saat ku sedih, mereka memeluk dengan kasih sayang
Walaupun aku akan diterjang badai,
Orangtuaku akan selalu melindungiku

Walaupun kehilangan orang yangh kucintai,
Tapi tetap orang tuaku yang menjadi nomor satu untuk menemaniku

Oh, orangtuaku yang kusayangi,
Aku berjanji tidak akan sedih lagi,
Jika kehilangan orang yang kusayangi,
Kecuali kamu orangtua ku yang kusayangi……


 KATA KUNCI :


(-)melindungiku

(-)kasih saying
(-)orang tua
(-)Tersenyum
(-)Memeluk
(-)cemas
(-)Lelah
(-)sakit
(-)Sedih
(-)Cinta
SANG PEMIMPI:



Ø Judul : Sang Pemimpi
Ø Penulis : Andrea Hirata
Ø Editor supervise: Imam Risdiyanto
Ø Ilustrasi Sampul: Budi Gugi
Ø Penata sampul: Kuswanto
Ø Pemeriksa Aksara: Wiendya Dhewi
Ø Penata Letak: Iyan Wb.
Ø Penerbit : PT Bentang Pustaka
Ø Halaman : 8(VIII)+ 248 Halaman
Ø cetakan pertama, april 2011
Ø cetakan kedua, agustus 2011
Ø cetakan ketiga, april 2012




PRATINJAU:


Ø  Luar biasa. Begitulah kesan yang tersirat setelah membaca buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Bagaimana tidak? Alur cerita dan gaya bahasa yang disuguhkannya mampu dikemas begitu apik dari awal hingga akhir. Ditinjau dari segi intrinsiknya, novel ini bisa dibilang hampir tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Andrea dengan cerdas menggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan ceritanya. Bahasanya pun sangat memikat, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa dan imajinasi yang luas. Novel ini memiliki kekayaan bahasa sekaligus keteraturan berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah- istilah saintifik, humor metaforis, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di sepanjang halaman. Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal dengan latar kenakalan remaja pada umumnya. Canda tawa khas siswa SMA sangat kental. Namun lebih dalam menjelajahi setiap makna kata demi kata, terasalah begitu kuat karakter yang muncul di tiap-tiap tokohnya. Terlebih saat Andrea membawa kita ke dalam kenyataan hidupyang harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan obor semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
Ø  Selain menggambarkan betapasuperpower-nya kekuatan mimpi, pada
novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril.
Ø  Angkat topi untuk Andrea Hirata yang telah berhasil membuat suguhan
kisah yang kental dengan budaya melayu namun sangat cerdas dan
saintifik. Tak hanya bisa membuat seseorang kembali membangun mimpi- mimpinya, novel ini juga bisa menambah rasa hormat kita kepada sang ayah dan mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang
sangat terbatas.



ISI NOVEL:


1) Unsur Intrinsik
  • Tema

Ø  Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini tak lain
adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi
kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan
per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.
  • Latar
Ø  Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di Pulau Magai
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
  • Penokohan dan Perwatakan
Ø  Ikal : baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka Bang Rhoma
Ø  Arai : pintar, penuh inspirasi/ide baru, gigih, rajin, pantang menyerah
Ø  Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat antusias padakuda
Ø  Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Ø  Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ø  Ibu Ikal: baik, penuh kasih sayang
Ø  Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih sayang, bijaksana Dan tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong
Ø  Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny, Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.

  • Alur
Ø  Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur maju dan
mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai
kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
  • Gaya Penulisan
Ø  Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan
kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada
unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya
mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak
mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
  • Amanat
Ø  Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini adalah
jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap
subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah
bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam
hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel
ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala
keterbatasan.
  • Sudut Pandang
Ø  Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama” (akuan). Dimana
penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.





2) Unsur Ekstrinsik

  • Nilai Moral
Ø Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang
tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri
seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya
kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok
remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia
kawan yang tinggi.
  • Nilai Sosial
Ø  Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai
sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi
antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling
mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam
mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai
batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang
tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun
masih dapat saling membantu satu sama lain.
  • Nilai Adat istiadat
Ø  Nilai adat di sini juga begitu kental terasa. Adat kebiasaan pada
sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya
mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang
timah tergambar jelas di novel ini. Sehingga menambah
khazanah budaya yang lebih Indonesia.
  • Nilai Agama
Ø  Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar.
Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar
dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang membuat novel ini begitu kaya.


Kelemahan Dan Kelebihan :

ü Kelebihan

Ø  Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan dalam novel ini. Mulai
dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak
pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang
terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan
penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan
bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan
tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan,
sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal
yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu
kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga
kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu
kuat.

ü Kelemahan

Ø   Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan. Hal itu disebabkan
karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau
dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang bermutu.




SINOPSIS:
Ø  Novel Sang Pemimpi menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang
anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan
tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga
kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi
dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu
di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di
salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli
ngambat untuk tetap hidup sambil belajar.
Ø  Ada Pak Balia yang baik dan bijaksana, beliau seorang Kepala Sekolah
sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main, dalam novel
ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau
berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di
SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas
minimal. Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75.
Ø  Ikal, Arai, dan Jimbron pernah dihukum oleh Pak Mustar karena telah
menonton film di bioskop dan peraturan ini larangan bagi siswa SMA Negeri
Bukan Main. Pada apel Senin pagi mereka barisnya dipisahkan, dan
mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkan
WC.
Ø  Ikal dan Arai bertalian darah. Nenek Arai adalah adik kandung kakek Ikal dari pihak ibu,ketika kelas 1 SD ibu Arai wafat dan ayahmya juga wafat
ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut Simpai Keramat.
Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya.



Ø D
Ø I

Ø S
Ø U
Ø S
Ø U
Ø N

Ø O
Ø L
Ø E
Ø H

 Ø Nama:  Muhammad Irfan Sabri
   Ø NiS : 9991863053



Muhammad_irfan_sabri. Diberdayakan oleh Blogger.

web stats

About Me

Followers

Catatan Met Surfing

+===+Met_Surfing_Di_Blogku+===+

Make Menu

CCTV sudut

WidgetBlog Rangga

4

Gelembung Bar

Tab bar Facebook, Twitter, Dll

2

1

Blogger templates

- Copyright © Irfan_Einzelgänger - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -