Recent post
Archive for Juni 2013
Pengertian Pranata Sosial :
Beberapa istilah yang dipergunakan oleh para ahli untuk menyebut
pranata sosial dainataranya Selo Soemardjan, Soelaeman Soemardi menggunakan
istilah Lembaga Kemasyarakatan “social institution”‘ sedangkan Mely G. Tan,
Koentjaraningrat, Harsya W.Bachtiar menggunakan istilah “pranata sosial”,
Hertzler, Broom, Nimkoff memberi istilah “lembaga sosial” (Soekanto, 1990).
Koentjaraningrat mendefinisikan pranata sosial adalah suatu sistem
tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat
(Koentjaraningrat, 1991). Sedangkan Harry M. Johnson (dalam Soekanto, 1990)
mengemukakan institusi atau lembaga/ pranata sebagai seperangkat aturan yang
terinstitusionalisasi (instituteonalized) yakni:
1. Telah diterima sejumlah besar anggota sistem social.
2. Ditanggapi secara sungguh-sungguh (internalized).
3. Diwajibkan dan terhadap pelanggarnya dikenakan sanksi tertentu.
2. Ditanggapi secara sungguh-sungguh (internalized).
3. Diwajibkan dan terhadap pelanggarnya dikenakan sanksi tertentu.
Secara ringkas, pranata sosial adalah sistem norma khusus yang
menjadi wahana atau menata suatu rangakaian tindakan yang memungkinkan warga
masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-pola resmi. Misalnya: belajar di
sekolah, bermain tinju, diklat dan sebagainya.
CIRI UMUM PRANATA SOSIAL
Gillin menguraikan ciri-ciri umum pranata/lembaga sosial sebagai
berikut:
1. Suatu pranata/lembaga sosial adalah suatu organisasi dariada
pola-pola pemikiran dan pola-pola perikelakuan yang terwujud melalui aktivitasaktivitas
kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua
pranata/lembaga sosial.
3. Pranata/lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan
tertentu
4. Pranata/lembaga sosial mempunyai alat-alat perlengkapan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pranata/lembaga yang bersangkutan.
5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas dari
pranata/lembaga sosial.
6. Suatu pranata/lembaga sosial mempunyai suatu tradisi yang
tertulis dan yang tak tertulis yang dirumuskan tujuannya, tata tertib yang
berlaku.
UNSUR-UNSUR PRANATA SOSIAL
Meskipun terdapat perbedaan dalam pranata/lembaga, tetapi banyak
juga kesamaannya, hal ini mengingat fungsinya yang agak sama, yakni
mengkonsolidasikan dan menstabilisasikan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut
dipergunakan teknik-teknik yang relatif sama antara lain:
1. Tiap-tiap lembaga mempunyai lambang-lambangnya
2. Lembaga-lembaga kebanyakan mengenal upacara-upacara dan
kodekode kelakuan formil, berupa sumpah-sumpah,ikrar-ikrar, pembacaan
kewajiban-kewajiban dan lain-lain.
3. Tiap pranata/lembaga mengenal pula pelbagai nilai-nilai
beserta rasionalisasi- rasionalisasi atau sublimasi-sublimasi yang membenarkan
atau mengagungkan peranan-peranan sosial yang dikehendaki oleh lembaga/ pranata
itu.
PENGELOMPOKKAN PRANATA SOSIAL
Koentjaraningrat (1986) menggolongkan pranata sosial yang
merupakan campuran dari klasifikasi yang dikemukakan Gillin dan Gillin dengan
klasifikasi yang diajukan S.F. Nadel. Penggolongan berdasarkan atas
fungsi dari pranata-pranata untuk memenuhi keperluan-keperluan hidup manusia
sebagai warga masyarakat, paling sedikit ada delapan golongan yakni:
1. Kinship atau domestic institutions yakni
pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan. Contoh:
perkawinan, tolong menolong antar kerabat, pengasuhan anak, sopan santun
antarkerabat.
2. Economic institutions yakni pranata-pranata
yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup,
memproduksi, menimbun, menyimpan dan mendistribusikan hasil produksi dan harta.
Contoh: pertanian, peternak-an, koperasi, industri, barter, penggudangan,
perbankan dan sebagainya.
3. Educational institutions yakni
pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia
agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Contoh: pendidikan rakyat,
pendidikan dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, pemberantasan buta huruf,
pendidikan keamanan, pers, perpustakaan umum dan lain-lain.
4. Scientific institutions yakni pranata-pranata
yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah, menyelami alam semesta. Contoh:
metodologi ilmiah, penelitian, dan sebagainya.
5. Aesthetic and recreational institutions
yakni pranata-pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk
menghayatkan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Contoh:seni rupa, seni suara,
seni gerak, kesusasteraan, olah raga dan sebagainya.
6. Religious institutions yakni pranata-pranata
yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan
alam gaib. Contoh: doa, kenduri, upacara, semedi, bertapa, dakwah, pantangan,
ilmu gaib, dan sebagainya.
7. Political institutions yakni pranata-pranata
yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk mengatur dan mengelola
keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman,
kepartaian, kepolisian, ketentaraan dan sebagainya.
8. Somatic institutions yakni pranata yang
berfungsi memenuhi keperluan manusia akan kenyaman fisik dan kenyamanan hidup.
Contoh: pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran dan
sebagainya.
TIPE-TIPE PRANATA SOSIAL
Gillin dan Gillin mengklasifikasikan pranata sosial sebagai
berikut (dalam Soekanto, 1990).
1. Dari sudut perkembangan pranata sosial, meliputi
a. Crescive institutions merupakan pranata yang
secara tak disengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat. Contoh: hak milik,
perkawinan, agama dan sebagainya.
b. Enacted institutions merupakan pranata yang dibentuk dengan sengaja untuk memenuhi tujuan tertentu. Contoh: perdagangan, pendidikan, hutang piutang dan sebagainya.
b. Enacted institutions merupakan pranata yang dibentuk dengan sengaja untuk memenuhi tujuan tertentu. Contoh: perdagangan, pendidikan, hutang piutang dan sebagainya.
2. Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, meliputi basic institutions
yakni pranata sosial yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan
tata tertib dalam masyarakat. Contoh: keluarga, sekolah, negara.Subsidiary
institutions yakni pranata sosial yang dianggap kurang penting. Contoh:
kegiatan untuk rekreasi.
3. Dari sudut penerimaan masyarakat, meliputi approved atau social
sanctioned institutions yakni pranata yang diterima masyarakat. Contoh:
sekolah, perusahaan dagang dan sebagainya. Unsanctioned institutions yakni
pranata yang ditolak oleh masyarakat, meskipun masyarakat kadang-kadang tidak
berhasil untuk memberantas. Contoh: jaringan penjahat, pemeras, pencoleng dan
sebagainya.
4. Dari sudut faktor penyebaran, meliputi general institutions yakni pranata yang dikenal hampir semua
masyarakat di dunia. Contoh: agama. Dan restricted institutions yakni pranata
yang dikenal oleh masyarakat tertentu atau para pengikutnya. Contoh: agama
Islam, protestan, katolik, Budha, Hindu.
5. Dari sudut fungsinya, meliputi operative institutions yakni
pranata sosial yang berfungsi sebagai penghimpun pola-pola atau cara-cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pranata sosial yang bersangkutan. Contoh:
Industrialisasi, demokratisasi. Regulative Institutions yakni pranata sosial
bertujuan mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian
yang mutlak dari pranat tersebut. Contoh: pranata hukum: kejaksaan, pengadilan
dan sebagainya.
PROSES PEMBENTUKAN PRANATA SOSIAL
Pembentukan pranata sosial melalui proses sebagai berikut:
1. Proses sosialisasi yakni proses untuk
memperkenalkan dan memasyarakatkan suatu norma kemasyarakatan yang baru, agar
masyarakat mengenal dan mengetahui norma tersebut.
2. Proses institutonalization yakni proses yang
dilewati oleh sesuatu norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari
salah satu pranata sosial, sehingga norma-norma kemasyarakatan itu oleh
masyarakat tidak hanya dikenal, diakui, dihargai dan tetapi kemudian ditaati
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Norma-norma yang internalized artinya proses
norma-norma kemasyarakat tidak hanya berhenti sampai institutionalization saja,
akan tetapi mungkin norma-norma tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota
masyarakat.
FUNGSI PRANATA SOSIAL
Merton mengemukakan fungsi pranata sosial dalam masyarakat bisa
berfungsi manifes dan berfungsi laten (Horton, 1993). Fungsi manifes merupakan
tujuan pranata yang dikehendaki atau diakui, keluarga harus memelihara anak,
pranata ekonomi harus menghasilkan dan mendistribusikan kebutuhan pokok dan
mengarahkan arus modal ke tempat yang membutuhkan, sekolah harus mendidik
siswa.
Sedangkan fungsi laten merupakan hasil yang tidak dikehendaki
dan tidak diakui atau jika diakui dianggap sebagai hasil sampingan, pranata
ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok, namun
sering kali menimbulkan pengangguran dan perbedaan tajam akan kekayaan, pranata
pendidikan tidak hanya mendidik siswa, melindungi anak-anak orang kaya dari
persaingan dengan anak-anak orang miskin, dan sebagainya.
Dalam kehidupan masyarakat terdapat pranata utama antara lain:
pranata keluarga, pranata agama, pranata pendidikan, pranata ekonomi dan
pranata politik. Studi tentang pranata tersebut melahirkan cabang ilmu
sosiologi seperti sosiologi perekonomian, sosiologi politik, sosiologi
pendidikan, sosiologi keluarga, sosiologi agama.
PRANATA KELUARGA:
Didalam pranata keluarga dikenal perbedaan antara keluarga
dengan sistem konsanguinal dan sistem konjugal. Sistem konsanguinal adalah
sistem keluarga yang menekankan pentingnya hubungan atau ikatan darah, misalnya
hubungan seseorang dengan orang tuanya.
Sistem konjugal adalah sistem keluarga yang menekankan
pentingnya ikatan perkawinan (suami-istri) dibandingkan dengan ikatan dengan
orang tuanya. Tipe keluarga lainnya adalah keluarga orientasi (family
orientation) yakni keluarga dimana seseorang dilahirkan, tipe lainya adalah
adalah keluarga prokreasi (family of procreation) yakni keluarga yang dibentuk
melalui pernikahan dan melahirkan keturunan.
Pembagian lainnya adalah keluarga batih (nuclear family) yakni
satuan keluarga terkecil terdiri atas ayah-ibu dan anak-anak. Dan keluarga luas
(extended family) yakni keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga batih.
Para ahli sosiologi mengidentifikasikan fungsi pranata keluarga
sebagai berikut:
1. Mengatur hubungan seks. Secara normatif tidak ada
masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks bebas, maka pranata keluarga berfungsi untuk mengatur
bagaimana diperbolehkannya hubungan seks terjadi.
2. Fungsi Reproduksi, yakni untuk mengembangkan keturunan yang
dibatasi oleh aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga.
3. Sosialisasi. Pranata keluarga berfungsi untuk
mensosialisasikan sebagai anggota baru dalam masyarakat untuk dapat memerankan
apa yang diharapkan dari dirinya.
4. Fungsi afeksi yakni memberi suasana saling asah, saling asuh
dan saling asih.
5. Memberi status, baik terkait dengan jenis kelamin, urutan
dalam keluarga, hubungan dengan kekerabatan dan status sosial. Dalam masyarakat
dikenal banyak aturan perkawinan. Pertama tentang siapa yang boleh dan tidak
boleh dinikahi, maka dikenal incest taboo (larangan hubungan sumbang).
Bentuk perkawinan secara umum dikenal monogami dan poligami.
Monogami adalah bentuk perkawinan antara satu orang laki-laki dengan satu
wanita. Poligami adalah perkawinan antara satu laki-laki dengan beberapa wanita
atau antara satu wanita dengan beberapa laki-laki. Dalam poligami dikenal
bentuk poligini (polygyny) bentuk perkawinan antara satu laki-laki dengan
beberapa wanita dan poliandri (polyandry) adalah perkawinan antara satu wanita
dengan beberapa laki-laki.
Disamping bentuk perkawinan dikenal juga perkawinan kelompok
(group marriage). Sedangkan poligami khusus disebut sororal polygyny yakni
perkawinan antara laki-laki dengan lebih dari satu wanita saudara kandung pada
waktu yang sama.
Aturan lain adalah eksogami yakni aturan perkawinan yang melarang
melakukan perkawinan dalam keluarga/ kelompok. Endogami sebaliknya yang
mewajibkan untuk melakukan perkawinan dengan anggota kelompok keluarganya.
Pada perkembangan selanjutnya dalam pranata keluarga dewasa ini
dengan didorong oleh suatu gaya hidup baru (new life stylle) muncul beberapa
bentuk keluarga seperti hidup bersama di luar nikah (cohabitation), keluarga
homoseks (gay parent family) dan kehidupan membujang.
PRANATA PENDIDIKAN:
Pranata pendidikan ini baik mencakup kurikulum (curriculum),
pembelajaran (instructional) maupun penilaian (assesment), baik yang tercantum
dalam kurikulum maupun yang termuat dalam kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
Fungsi pranata pendidikan secara umum meliputi, pertama fungsi manifes antara
lain:
1. Mempersiapkan anggota masyarakat mencari nafkah.
2. Melestarikan kebudayaan.
3. Menanamkan ketrampilan dan lain-lain.
2. Melestarikan kebudayaan.
3. Menanamkan ketrampilan dan lain-lain.
Sedangkan fungsi laten pranata pendidikan antara lain:
1. Memupuk keremajaan.
2. Pengurangan pengendalian orang tua.
3. sarana pembangkangan.
2. Pengurangan pengendalian orang tua.
3. sarana pembangkangan.
PRANATA AGAMA:
Agama dipergunakan untuk mengatur kehidupan manusia, dalam
sosiologi agama dinamakan religion yang maknanya lebih luas dari sekedar agama
yang kita kenal sekarang seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu dan Budha.
Disamping itu dikenal dengan istilah civil religion yakni
kepercayaan dan ritual di luar pranata agama, biasanya dikaitkan dengan
politik, seperti pemujaan pada pemimpin, penghormatan pada lagu kebangsaan,
seperti pengucapan Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 pada waktu upacara bendera.
PRANATA EKONOMI:
Pranata ekonomi dalam proses perkembangannya sebagaimana
dikemukakan dalam Smelser (dalam Plak,1985) terkait dengan proses perubahan
dari masyarakat homogen menjadi heterogen. Dalam pranata ini berkembang
ideologi ekonomi seperti kapitalisme, sosialisme dan sebagainya. Dewasa ini
berkembang pranata ekonomi baru yakni MNC (Multinational Corporation) yang
memiliki usaha dan cabang usaha bagaikan gurita yang melilit dunia. Dalam
pranata ekonomi baru ini bahkan kekuasaan mampu melampau kekuasaan suatu
negara.
PRANATA POLITIK:
Komblum mendefinisikan pranata politik sebagai perangkat norma
dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan wewenang.
Pranata utamanya antara lain ekskutif, legislatif dan yudikatif,
militer dan sebagainya. Termasuk partai-partai politik, pengambilan keputusan
dan sebagainya.
Pokok pembahasan tentang pranata politik berdasarkan masing-masing
pakar berbeda, seperti masalah kekuasaan. Pandangan weberian memandang bahwa
kekuasaan itu ada pada kelompok masyarakat tertentu yakni pada para elit
terutama elit politik, sedangkan pandangan Foucoultian memandang kekuasaan itu
ada dimana-mana (power is anywhere) bahkan pada hubungan/ relasi seksual antara
pria dan wanita. Dengan demikian kekuasaan dapat dimiliki oleh siapapun tidak
hanya oleh elit tertentu.
*NAMA : MUHAMMAD
IRFAN SABRI
*NIS: 9991863053
*NIS: 9991863053
Lambang Dan Arti Lambang Koperasi Indonesia Baru :
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meluncurkan lambang baru Koperasi Indonesia dalam "International Year of Cooperatives" Indonesia di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 23-25 Mei 2012.
"Ini lambang baru Koperasi Indonesia," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Syarief Hasan.
Dia menunjuk lambang baru Koperasi Indonesia yang terpampang di dinding podium utama pelaksanaan IYC Indonesia 2012 ketika membuka Festival Koperasi Internasional pertama di Indonesia itu, Rabu.
Perubahan lambang/logo Koperasi Indonesia itu didasarkan pada Surat Keputusan Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Nomor SKEP/14/Dekopin-A/III/2012 tanggal 30 Maret 2012 tentang Perubahan Lambang/logo Koperasi Indonesia.
Menteri Koperasi dan UKM kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 02/Per/M.KUKM/IV/2012 tanggal 17 April 2012 tentang Penggunaan Lambang Koperasi Indonesia.
Syarief mengatakan, lambang Koperasi Indonesia yang baru itu berbentuk gambar bunga yang memberi kesan perkembangan dan kemajuan koperasi di Indonesia.
Gambar bunga itu mengandung makna Koperasi Indonesia selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, variatif, inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya, serta berwawasan dan berorientasi pada keunggulan dan teknologi.
Lambang Koperasi Indonesia yang baru itu didominasi oleh warna hijau pastel yang berwibawa dan menimbulkan kesan kalem.
Bentuknya juga lain sama sekali dari yang sebelumnya yang berbentuk pohon beringin yang dikelilingi kapas dan padi, timbangan, bintang dalam perisai, gerigi roda, dan berwarna merah dan putih.
Berikut penjelasan tentang Lambang Baru Koperasi Indonesia:
BENTUK :
Logo Sekuntum Bunga Teratai bertuliskan KOPERASI INDONESIA
Logo Atau Lambang Koperasi Baru
Arti Gambar dan Penjelasan Lambang Koperasi Baru:
1. Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar bunga yang memberi kesan akan
perkembangan dan kemajuan terhadap perkoperasian di Indonesia, mengandung makna
bahwa Koperasi Indonesia harus selalu berkembang, cemerlang, berwawasan, variatif,
inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya serta berwawasan dan berorientasi pada
keunggulan dan teknologi;
2. Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar 4 (empat) sudut pandang
melambangkan arah mata angin yang mempunyai maksud Koperasi Indonesia:
o Sebagai gerakan koperasi di Indonesia untuk menyalurkan aspirasi;
o Sebagai dasar perekonomian masional yang bersifat kerakyatan;
o Sebagai penjunjung tinggi prinsip nilai kebersamaan, kemandirian, keadilan dan demokrasi;
o Selalu menuju pada keunggulan dalam persaingan global.
3. Lambang Koperasi Indonesia dalam bentuk Teks Koperasi Indonesia memberi kesan dinamis modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti kemajuan jaman yang bercermin pada perekonomian yang bersemangat tinggi, teks Koperasi Indonesia yang berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna adanya ikatan yang kuat, baik didalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun antara Koperasi Indonesia dan para anggotanya;
4. Lambang Koperasi Indonesia yang berwarna Pastel memberi kesan kalem sekaligus berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta mempunyai kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan percaya diri yang tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya;
5. Lambang Koperasi Indonesia dapat digunakan pada papan nama kantor, pataka, umbul-umbul, atribut yang terdiri dari pin, tanda pengenal pegawai dan emblem untuk seluruh kegiatan ketatalaksanaan administratif oleh Gerakan Koperasi di Seluruh Indonesia;
6. Lambang Koperasi Indonesia menggambarkan falsafah hidup berkoperasi yang memuat :
o Tulisan : Koperasi Indonesia yang merupakan identitas lambang;
o Gambar : 4 (empat) kuncup bunga yang saling bertaut dihubungkan bentuk sebuah lingkaran yang menghubungkan satu kuncup dengan kuncup lainnya, menggambarkan seluruh pemangku kepentingan saling bekerja sama secara terpadu dan berkoordinasi secara harmonis dalam membangun Koperasi Indonesia;
o Tata Warna :
1. Warna hijau muda dengan kode warna C:10,M:3,Y:22,K:9;
2. Warna hijau tua dengan kode warna C:20,M:0,Y:30,K:25;
3. Warna merah tua dengan kode warna C:5,M:56,Y:76,K:21;
4. Perbandingan skala 1 : 20.
Lambang Dan Arti Lambang Koperasi Indonesia Lama :
Logo Lama Koperasi
1. Gerigi roda/ gigi roda, menunjukkan Upaya keras yang ditempuh secara terus menerus. Hanya orang yang pekerja keras yang bisa menjadi calon Anggota dengan memenuhi beberapa persyaratannya.
2. Rantai (di sebelah kiri), berarti Ikatan kekeluargaan, persatuan dan persahabatan yang kokoh. Bahwa anggota sebuah Koperasi adalah Pemilik Koperasi tersebut, maka semua Anggota menjadi bersahabat, bersatu dalam kekeluargaan, dan yang mengikat sesama anggota adalah hukum yang dirancang sebagai Anggaran Dasar (AD)/ Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi. Dengan bersama-sama bersepakat mentaati AD/ART, maka Padi dan Kapas akan mudah diperoleh.
3. Kapas dan Padi (di sebelah kanan), menggambarkan kemakmuran anggota koperasi secara khusus dan rakyat secara umum yang diusahakan oleh koperasi. Kapas sebagai bahan dasar sandang (pakaian), dan Padi sebagai bahan dasar pangan (makanan). Mayoritas sudah disebut makmur-sejahtera jika cukup sandang dan pangan.
4. Timbangan Keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi. Biasanya menjadi simbol hukum. Semua Anggota koperasi harus adil dan seimbang antara “Rantai” dan “Padi-Kapas”, antara “Kewajiban” dan “Hak”. Dan yang menyeimbangkan itu adalah Bintang dalam Perisai.
5. Bintang dalam perisai Dalam perisai yang dimaksud adalah Pancasila, merupakan landasan idiil koperasi. Bahwa Anggota Koperasi yang baik adalah yang mengindahkan nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan, yang mendengarkan suara hatinya. Perisai bisa berarti “tubuh”, dan Bintang bisa diartikan “Hati”.
6. Pohon Beringin Simbol kehidupan, sebagaimana pohon dalam Gunungan wayang yang dirancang oleh Sunan Kalijaga. Dahan pohon disebut kayu (dari bahasa Arab “Hayyu”/kehidupan). Timbangan dan Bintang dalam Perisai menjadi nilai hidup yang harus dijunjung tinggi.
7.
8. Koperasi Indonesia Koperasi yang dimaksud adalah koperasi rakyat Indonesia, bukan Koperasi negara lain. Tata-kelola dan tata-kuasa perkoperasian di luar negeri juga baik, namun sebagai Bangsa Indonesia harus punya tata-nilai sendiri.
9.
10. Warna Merah Putih Warna merah dan putih yang menjadi background logo menggambarkan sifat nasional Indonesia.
Koperasi BARU koperasi lama
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : MUH.IRFAN SABRI
Nis: 9991863053
KASIH SAYANG ORANG TUA :
Setiap kali membuka mata dengan mata mengantuk,
Mereka tersenyum kepadaku….
Saat ku lelah karena melewati lintasan yang jauh,
Mereka langsung cemas kepadaku…
Sekalipun ku sakit, mereka tetap menyayangiku
Saat ku
tersenyum, mereka ikut tersenyum
Saat ku
sedih, mereka memeluk dengan kasih sayang
Walaupun
aku akan diterjang badai,
Orangtuaku
akan selalu melindungiku
Walaupun
kehilangan orang yangh kucintai,
Tapi tetap
orang tuaku yang menjadi nomor satu untuk menemaniku
Oh,
orangtuaku yang kusayangi,
Aku
berjanji tidak akan sedih lagi,
Jika
kehilangan orang yang kusayangi,
Kecuali
kamu orangtua ku yang kusayangi……
KATA KUNCI :
(-)melindungiku
(-)kasih saying
(-)orang tua
(-)Tersenyum
(-)Memeluk
(-)cemas
(-)Lelah
(-)sakit
(-)Sedih
(-)Cinta
SANG PEMIMPI:
Ø Judul : Sang Pemimpi
Ø Penulis : Andrea Hirata
Ø Editor supervise: Imam
Risdiyanto
Ø Ilustrasi Sampul: Budi
Gugi
Ø Penata sampul: Kuswanto
Ø Pemeriksa Aksara: Wiendya
Dhewi
Ø Penata Letak: Iyan Wb.
Ø Penerbit : PT Bentang
Pustaka
Ø Halaman : 8(VIII)+ 248
Halaman
Ø cetakan pertama, april
2011
Ø cetakan kedua, agustus
2011
Ø cetakan ketiga, april
2012
PRATINJAU:
Ø
Luar biasa. Begitulah kesan yang tersirat setelah
membaca buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini.
Bagaimana tidak? Alur cerita dan gaya bahasa yang disuguhkannya mampu dikemas
begitu apik dari awal hingga akhir. Ditinjau dari segi intrinsiknya, novel ini
bisa dibilang hampir tanpa cela. Sebab di setiap peristiwa, Andrea dengan cerdas
menggambarkan karakteristik dan deskripsi yang begitu kuat pada tiap
karakternya. Sehingga pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan
ceritanya. Bahasanya pun sangat memikat, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa
dan imajinasi yang luas. Novel ini memiliki kekayaan bahasa sekaligus
keteraturan berbahasa Indonesia. Dimulai dari istilah- istilah saintifik, humor
metaforis, hingga dialek dan sastra melayu bertebaran di sepanjang halaman.
Mulanya, cerita ini lebih bernuansa komikal dengan latar kenakalan remaja pada
umumnya. Canda tawa khas siswa SMA sangat kental. Namun lebih dalam menjelajahi
setiap makna kata demi kata, terasalah begitu kuat karakter yang muncul di
tiap-tiap tokohnya. Terlebih saat Andrea membawa kita ke dalam kenyataan hidupyang
harus dihadapi tokoh Ikal yang mimpinya seakan sudah mencapai titik
kemustahilan, dan dengan sensasi filosofis Andrea kembali membangkitkan obor
semangat meraih mimpi dan menekankan begitu besarnya kekuatan mimpi Ikal yang
akhirnya dapat mengantarkannya ke Sorbonne, kota impiannya.
Ø
Selain menggambarkan betapasuperpower-nya
kekuatan mimpi, pada
novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril.
novel ini Andrea juga mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah yang begitu besar. Pengorbanan dan ketulusan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup menjadikan semangat tak terbeli bagi Ikal dan Arai dalam menggapai impiannya. Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada yang begitu mengharu biru. Kesabaran seorang ayah dan rasa sayang seorang anak yang luar biasa besarnya kepada sang ayah menyempurnakan novel ini menjadi bacaan yang begitu kolosal dan sarat akan pesan-pesan moril.
Ø
Angkat topi untuk Andrea Hirata yang telah
berhasil membuat suguhan
kisah yang kental dengan budaya melayu namun sangat cerdas dan
saintifik. Tak hanya bisa membuat seseorang kembali membangun mimpi- mimpinya, novel ini juga bisa menambah rasa hormat kita kepada sang ayah dan mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang
sangat terbatas.
kisah yang kental dengan budaya melayu namun sangat cerdas dan
saintifik. Tak hanya bisa membuat seseorang kembali membangun mimpi- mimpinya, novel ini juga bisa menambah rasa hormat kita kepada sang ayah dan mencintainya dengan tulus meskipun di tengah kondisi yang
sangat terbatas.
ISI NOVEL:
1)
Unsur Intrinsik
- Tema
Ø
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi
ini tak lain
adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi
kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan
per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.
adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi
kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan
per kalimatnya dimana penulis berusaha menggambarkan
begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa
seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas
kemustahilan.
- Latar
Ø
Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di
Pulau Magai
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,
di sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau
Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan
malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak
remaja yang diselimuti impian-impian.
- Penokohan
dan Perwatakan
Ø
Ikal : baik hati, optimistis, pantang menyerah,
penyuka Bang Rhoma
Ø
Arai : pintar, penuh inspirasi/ide baru,
gigih, rajin, pantang menyerah
Ø
Jimbron : polos, gagap bicara, baik, sangat
antusias padakuda
Ø
Pak Balia : baik, bijaksana, pintar
Ø
Pak Mustar : galak, pemarah, berjiwa keras
Ø
Ibu Ikal: baik, penuh kasih sayang
Ø
Ayah Ikal : pendiam, sabar, penuh kasih
sayang, bijaksana Dan tokoh lain Mahader, A Kiun, Pak Cik Basman, Taikong
Ø
Hanim, Capo, Bang Zaitun, Pendeta Geovanny,
Mak cik dan
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
Laksmi adalah tokoh pendukung dalam novel ini.
- Alur
Ø
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan
(alur maju dan
mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai
kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai
kecil sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan
peristiwa waktu kecil pada saat sekarang/dewasa.
- Gaya
Penulisan
Ø
Gaya
penceritaan novel ini sangat sempurna. Yaitu kecerdasan
kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada
unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya
mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak
mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
kata-kata dan kelembutan bahasa puitis berpadu tanpa ada
unsur repetitif yang membosankan. Setiap katanya
mengandung kekayaan bahasa sekaligus makna apik dibalik
tiap-tiap katanya. Selain itu, Novel ini ditulis dengan gaya realis
bertabur metafora, penyampaian cerita yang cerdas dan
menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi. Komikal dan banyak
mengandung letupan intelegensi yang kuat sehingga pembaca
tanpa disadari masuk dalam kisah dan karakter-karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi.
- Amanat
Ø
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi
ini adalah
jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap
subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah
bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam
hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel
ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala
keterbatasan.
jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap
subbabnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah
bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam
hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel
ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia
yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala
keterbatasan.
- Sudut
Pandang
Ø
Sudut pandang novel ini yaitu “orang pertama”
(akuan). Dimana
penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.
penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.
2)
Unsur Ekstrinsik
- Nilai
Moral
Ø
Nilai moral pada novel ini sangat kental.
Sifat-sifat yang
tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri
seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya
kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok
remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia
kawan yang tinggi.
tergambar menunjukkan rasa humanis yang terang dalam diri
seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya
kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok
remaja yang mempunyai perangai yang baik dan rasa setia
kawan yang tinggi.
- Nilai
Sosial
Ø
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini
begitu kaya akan nilai
sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi
antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling
mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam
mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai
batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang
tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun
masih dapat saling membantu satu sama lain.
sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi
antara tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling
mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam
mewujudkan impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai
batas kemustahilan. Dengan didasari rasa gotong royong yang
tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun
masih dapat saling membantu satu sama lain.
- Nilai
Adat istiadat
Ø
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa.
Adat kebiasaan pada
sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya
mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang
timah tergambar jelas di novel ini. Sehingga menambah
khazanah budaya yang lebih Indonesia.
sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya
mencium tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang
timah tergambar jelas di novel ini. Sehingga menambah
khazanah budaya yang lebih Indonesia.
- Nilai
Agama
Ø
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas
tergambar.
Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar
dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang membuat novel ini begitu kaya.
Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar
dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Hal itu juga yang membuat novel ini begitu kaya.
Kelemahan Dan Kelebihan :
ü Kelebihan
Ø
Banyak kelebihan-kelebihan yang didapatkan
dalam novel ini. Mulai
dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak
pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang
terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan
penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan
bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan
tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan,
sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal
yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu
kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga
kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu
kuat.
dari segi kekayaan bahasa hingga kekuatan alur yang mengajak
pembaca masuk dalam cerita hingga merasakan tiap latar yang
terdeskripsikan secara sempurna. Hal ini tak lepas dari kecerdasan
penulis memainkan imajinasi berfikir yang dituangkan dengan
bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Penulis juga menjelaskan
tiap detail latar yang mem-background-i adegan demi adegan,
sehingga pembaca selalu menantikan dan menerka-nerka setiap hal
yang akan terjadi. Selain itu, kelebihan lain daripada novel ini yaitu
kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi karakter-karakter sehingga
kesuksesan pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu
kuat.
ü Kelemahan
Ø
Pada dasarnya novel ini hampir tiada
kelemahan. Hal itu disebabkan
karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau
dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan keruntutan alur, deskripsi setting, dan eksplorasi kekuatan karakter. Baik ditinjau
dari segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan
pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
SINOPSIS:
Ø
Novel Sang Pemimpi
menceritakan tentang sebuah kehidupan tiga orang
anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan
tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga
kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi
dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu
di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di
salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli
ngambat untuk tetap hidup sambil belajar.
anak Melayu Belitong yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron yang penuh dengan
tantangan, pengorbanan dan lika-liku kehidupan yang memesona sehingga
kita akan percaya akan adanya tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi
dan kekuasaan Allah. Ikal, Arai, dan Jimbron berjuang demi menuntut ilmu
di SMA Negeri Bukan Main yang jauh dari kampungnya. Mereka tinggal di
salah satu los di pasar kumuh Magai Pulau Belitong bekerja sebagai kuli
ngambat untuk tetap hidup sambil belajar.
Ø
Ada Pak Balia yang baik dan bijaksana, beliau
seorang Kepala Sekolah
sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main, dalam novel
ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau
berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di
SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas
minimal. Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75.
sekaligus mengajar kesusastraan di SMA Negeri Bukan Main, dalam novel
ini juga ada Pak Mustar yang sangat antagonis dan ditakuti siswa, beliau
berubah menjadi galak karena anak lelaki kesayangannya tidak diterima di
SMA yang dirintisnya ini. Sebab NEM anaknya ini kurang 0,25 dari batas
minimal. Bayangkan 0,25 syaratnya 42, NEM anaknya hanya 41,75.
Ø
Ikal, Arai, dan Jimbron pernah dihukum oleh
Pak Mustar karena telah
menonton film di bioskop dan peraturan ini larangan bagi siswa SMA Negeri
Bukan Main. Pada apel Senin pagi mereka barisnya dipisahkan, dan
mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkan
WC.
menonton film di bioskop dan peraturan ini larangan bagi siswa SMA Negeri
Bukan Main. Pada apel Senin pagi mereka barisnya dipisahkan, dan
mendapat hukuman berakting di lapangan sekolah serta membersihkan
WC.
Ø
Ikal dan Arai bertalian darah. Nenek Arai
adalah adik kandung kakek Ikal dari pihak ibu,ketika kelas 1 SD ibu Arai wafat
dan ayahmya juga wafat
ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut Simpai Keramat.
Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya.
ketika Arai kelas 3 sehingga di kampung Melayu disebut Simpai Keramat.
Sedangkan Jimbron bicaranya gagap karena dulu bersama ayahnya.
Ø D
Ø I
Ø S
Ø U
Ø S
Ø U
Ø N
Ø O
Ø L
Ø E
Ø H
Ø Nama: Muhammad Irfan Sabri
Ø NiS : 9991863053
Muhammad_irfan_sabri. Diberdayakan oleh Blogger.
About Me
- Unknown
MUH. IRFAN SABRI
Followers
Catatan Met Surfing
+===+Met_Surfing_Di_Blogku+===+
Make Menu
CCTV sudut
WidgetBlog Rangga